Indotnesia - Siklon Tropis Herman pada Kamis (30/3/2023) melanda sebagian wilayah di Jawa dan Sumatra. Di Yogyakarta, laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan hujan dan angin yang berlangsung pada siang hingga jelang magrib itu menyebabkan pohon tumbang.
BMKG sebelumnya menyebutkan Siklon Tropis Herman terpantau di Samudra Hindia sebelah selatan Banten. Intensitas siklon tersebut menurun dalam 24 jam dan bergerak ke arah timur-tenggara menjauhi Indonesia.
Lalu, apa sebenarnya Siklon Tropis Herman itu?
Melansir laman resmi BMKG, siklon tropis adalah badai dengan kekuatan besar dengan radius rata-rata mencapai 150-200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas dengan suhu permukaan air laut hangat atau lebih dari 26,5°C.
Baca Juga:Hari Film Nasional, Ternyata Ini Film Pertama Buatan Indonesia
Angin kencang yang berputar di dekat pusat siklon tropis memiliki kecepatan lebih dari 63 km/jam. BMKG menyebutkan masa hidup suatu siklon tropis tercatat 3-18 hari.
Sebagai informasi, siklon tropis juga dikenal dengan berbagai nama. Misalnya badai tropis atau topan jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat. Sementara siklon jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan hurricane apabila terbentuk di Samudra Atlantik.
Siklon Tropis Herman sendiri terbentuk dari bibit siklon yang tumbuh dari pusaran angin berskala luas di Samudra Hindia.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Erma Yulihastin pada kicauannya di Twitter, Kamis (30/3/2023) mengatakan siklon semacam Siklon Herman ini bisa sangat mengerikan dampak dari lapis-lapis pusarannya.
Dia mengatakan Siklon Tropis Herman terbentuk dari bayi vorteks (pusaran angin) pada 23 Maret hingga menjadi raksasa siklon saat ini. Dia bahkan telah mendampingi masyarakat agar waspada mengenai dampak buruk yang bisa terjadi.
Baca Juga:Heboh Kasus Pencucian Uang, Ini 5 Film tentang Money Laundry yang Wajib Ditonton
“Karena itu saya hanya bisa berusaha mendampingi publik untuk upaya mitigasi terbaik,” kicaunya.
Sementara terkait pemilihan nama siklon Herman, dia menjelaskan sudah terdapat konsensus yang menyebutkan siklon terbentuk di Samudra Hindia dinamakan dengan nama pria oleh penemunya.
“Nama perempuan untuk Samudra Atlantik. Ada juga yang dinamakan dengan nama bunga oleh BMKG kalau siklonnya masuk di wilayah BMKG,” imbuhnya.