Indotnesia - Di Jakarta, terdapat sebuah masjid yang menjadi saksi sejarah perkembangan Islam pada abad ke-18. Kala itu, Jakarta dikuasai kolonial dan masih bernama Batavia.
Masjid Luar Batang yang terletak di Luar Batang, Gang V Nomor 1, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, kini menjadi salah satu tujuan wisata religi di Ibu Kota.
Mengutip situs Dinas Kebudayaan Jakarta, masjid ini dibangun oleh Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Ia adalah seorang Arab Hadramaut yang hijrah ke Jawa.
Masjid tersebut selesai dibangun pada 20 Muharram 1152 H atau 29 April 1739 dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Pelabuhan Sunda Kelapa.
Baca Juga:Doa Niat Puasa Ramadhan Lengkap dan Waktu Membacanya yang Tepat
Melansir situs Indonesia.go.id, Habib Husein berdakwah dan mengajar mengaji di pesisir utara Batavia. Ia didampingi oleh asistennya yang keturunan Tionghoa bernama Habib Abdul Kadir.
Habib Husein menentang kehadiran Belanda hingga akhirnya sempat dipenjara. Setelah bebas, ia mendirikan surau dengan dibantu masyarakat Sunda Kelapa.
Surau tersebut memanfaatkan rumah seorang warga. Akhirnya, bangunan bergaya khas Betawi itu berhasil didirikan. Habib Husein menamai surau itu Langgar Annur.
Lahan masjid berbatasan dengan tembok utara kota lama Batavia. Letaknya juga berdekatan dengan gudang rempah VOC (sekarang Museum Bahari) dan Pasar Ikan.
Langgar Annur pada akhirnya mendapat hibah dari Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff.. Akta Ikrar Wakaf kemudian telah tercatat oleh Kantor Urusan Agama Penjaringan pada 1995. Kini, masjid tersebut berdiri di atas lahan seluas 5.780 m2 dengan bangunan sebesar 3.280 m2.
Baca Juga:Sejarah Klepon, Kudapan Manis Berwarna Hijau yang Ditabur Parutan Kelapa
Nama Masjid Luar Batang sendiri konon berasal dari sebuah peristiwa ketika jenazah Habib Husein menghilang dari keranda atau dahulu disebut kurung batang.
Ternyata, jenazah sudah berada di dekat rumah Habib Husein yang berdekatan dengan masjid. Habib Husein wafat di usia 40 tahun pada 27 Ramadan 1169 Hijriah atau bertepatan dengan 27 Juni 1756.
Pada akhirnya, jenazah sang habib ditandu ke pemakaman Tanah Abang. Namun, peristiwa hilangnya jenazah kembali terulang hingga tiga kali. Hingga akhirnya diputuskan, pemakaman dilakukan di masjid.
Masjid Luar Batang telah mengalami renovasi beberapa kali, mulai pada 1827 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Du Bus de Gisignies, hingga era Gubernur Sutiyoso, dan terus mengalami perkembangan hingga sekarang.