Indotnesia - Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi yang berlangsung pada Rabu (22/3/2023). Sebelum itu, biasanya diselenggarakan pawai ogoh-ogoh yang sering digelar di berbagai wilayah di Indonesia, terutama Bali.
Pawai ogoh-ogoh dilaksanakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi dan merupakan bagian dari rangkaian ritual Bhuta Yadnya, yaitu upacara untuk menghalau kehadiran Bhuta Kala yang merupakan gambaran dari unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia.
Dalam kebudayaan Bali, ogoh-ogoh merupakan boneka atau patung yang memiliki berbagai bentuk dan merupakan simbol dari unsur negatif, kejahatan, dan segala keburukan dalam kehidupan manusia.
Setelah diarak, ogoh-ogoh akan dibakar oleh masyarakat sebagai simbol untuk menghalau kejahatan.
Baca Juga:Sering Dilewatkan, Ini 5 Manfaat Tidur Siang Bagi Orang Dewasa
Hal itu memiliki arti bahwa sifat-sifat jahat di dunia dapat sirna dan manusia bisa terhindar dari kehancuran.
Pawai tersebut mulai menjadi rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi sejak hari suci umat Hindu tersebut ditetapkan menjadi libur nasional pada 1983.
Ogoh-ogoh termasuk dalam kesenian yang telah dikenal sejak ratusan tahun lalu pada zaman Dalem Balingkang dan semakin populer dikalangan masyarakat Indonesia saat dijadikan lomba pada Pesta Kesenian Bali 1990.
Kata ogoh-ogoh berasal dari sebutan ogah-ogah dalam bahasa Bali yang memiliki arti digoyang-goyangkan.
Meski pada dasarnya merupakan patung penggambaran Bhuta Kala, wujud ogoh-ogoh dapat ditafsirkan secara bebas.
Baca Juga:Harry Styles Konser di Korea, Rose Blackpink hingga V BTS Kompak Nonton
Biasanya, pawai ogoh-ogoh di Bali menampilkan perwujudan raksasa perkasa hingga raksasa setengah binatang.
Selain itu, seiring berjalannya waktu, wujud ogoh-ogoh semakin beragam dengan ada yang berwujud para dewa hingga berkembang pada bentuk tokoh-tokoh modern seperti Spiderman dan Superman.