Indotnesia - Google Doodle hari ini, Senin (20/3/2023) menampilkan ilustrasi sosok penyair Indonesia Sapardi Djoko Damono dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-83.
Apresiasi Google Doodle terhadap sosok Sapardi tak lepas dari perannya dalam perkembangan dunia sastra Indonesia.
Dalam ilustrasi tersebut, terlihat ilustrasi potret gambar diri Sapardi yang memegang payung bersamaan dengan rintik hujan yang mengiringinya.
Inspirasi gambar tersebut merupakan gambaran dari salah satu kumpulan puisi terkenal yang dibuatnya berjudul "Hujan Bulan Juni" (1994).
Baca Juga:Doa Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan dan Tata Caranya
Untuk lebih mengenal sosok maestro sastra Indonesia tersebut, berikut profil lengkap Sapardi Djoko Damono.
Sapardi Djoko Damono atau dikenal dengan singkatan nama SDD merupakan pujangga Indonesia yang lahir di Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940.
Sejak duduk dibangku SMA, SDD sudah mulai menulis dan mengirimkan sejumlah karyanya ke majalah-majalah.
Kegemarannya itu kemudian berkembang dengan melanjutkan pendidikan kuliah di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Baca Juga:Tukang Selingkuh Nggak Bisa Sembuh, Benarkah?
Selain itu, ia juga sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu dan melanjutkan program doktor di Fakultas Sastra UI.
Dalam dunia kesusastraan Indonesia, Sapardi dianggap sebagai sastrawan angkatan 1970-an yang dikenal melalui berbagai puisinya.
Ciri khas dari karya SDD memiliki gambaran tentang hal-hal sederhana, tetapi penuh makna kehidupan.
Selain dikenal sebagai seorang sastrawan, selepas lulus kuliah pada 1964 Sapardi sempat menjadi pengajar di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun hingga tahun 1968.
Ia juga pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999 setelah sebelumnya diangkat sebagai guru besar.
Karier mengajarnya kemudian dilanjutkan dengan mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sembari tetap menulis karya fiksi maupun nonfiksi.
Meski memasuki usia senja, Sapardi terus menorehkan karya-karya terbaiknya hingga ia meninggal dunia di usia 80 tahun pada 19 Juli 2020 akibat penurunan fungsi organ tubuh.
Adapun beberapa puisi Sapardi yang sangat populer, di antaranya “Aku Ingin”, “Hujan Bulan Juni”, “Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”.
Sedangkan penghargaan yang pernah didapatkan sang maestro sastra tersebut di antaranya Cultural Award Australia 1978, SEA Write Award Thailand 1986, Kalyana Kretya dari Menristek RI 1996, Akademi Jakarta Indonesia 2012, Habibie Award Indonesia 2016, dan ASEAN Book Award 2018.