Indotnesia - Jepang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di sejumlah platform media sosial di Indonesia, seperti TikTok dan Twitter. Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) membagikan video tentang rumah-rumah di Jepang yang kosong karena tidak ada penghuninya.
Bahkan sejumlah sekolah tutup karena tak ada lagi murid-murid yang keceriaannya selalu menghiasi suasana. Negeri Sakura memang sedang mengalami krisis populasi, di mana jumlah kelahiran turun drastis dari masa ke masa.
Berikut fakta-fakta tentang krisis populasi di Jepang:
Angka Kelahiran Terendah dalam Sejarah
Baca Juga:Mengenal Nahdlatul Ulama, Organisasi Islam Terbesar Indonesia yang Kini Berusia 1 Abad
Kementerian Kesehatan Jepang memperkirakan jumlah kelahiran pada 2022 sebesar 800.000 kelahiran. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 1899. Pada 2021, angka kelahiran tercatat 811.000 jiwa.
Meski demikian, negara ini menjadi salah satu dengan harapan hidup tertinggi di dunia, di mana hampir 1 dari 1.500 orang di Jepang berusia 100 tahun atau lebih.
Melansir CNN, tren tersebut yang telah mendorong krisis populasi di Jepang karena masyarakat yang menua, tenaga kerja menyusut, dan tidak cukup orang muda untuk mengisi kesenjangan ekonomi yang stagnan.
Jumlah Sekolah Menurun
Laporan Japan Times menyebutkan, jumlah murid sekolah dasar dan sekolah pertama di Jepang menurun sekitar 1 juta pada 2020. Survei pemerintah melaporkan hal tersebut karena populasi penduduk yang menua.
Baca Juga:Tips Awet Muda Secara Alami, Lakukan Kebiasaan Ini
Jumlah SD dan SMP di negara ini tercatat 29.793 sekolah atau turun sekitar 3.000 sekolah karena percepatan penutupan dan konsolidasi sekolah, terutama di daerah pedesaan.
Perempuan Jepang Ogah Menikah
Angka kelahiran yang rendah karena ternyata perempuan Jepang yang menikah juga lebih sedikit. Sebagian besar tidak ingin menikah karena faktor ekonomi. Tapi ada pula yang ogah berumah tangga karena peran gender dalam rumah tangga.
Peran tersebut membuat perempuan Jepang merasa terbebani karena harus mengurus rumah dan anak-anak.
Ekonomi Melambat dan Kebijakan Pemerintah
Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami perlambatan dari 4,9% pada 1990 menjadi 0,3% pada 2019. Rata-rata pendapatan rumah tangga riil menurun dari 6,59 juta yen pada 1995 menjadi 5,64 juta yen pada 2020.
Pemerintah telah berupaya untuk mengatasi penurunan populasi di Jepang selama beberapa dekade terakhir, seperti meningkatkan layanan penitipan anak dan fasilitas perumahan bagi keluarga dengan anak.
Bahkan beberapa kota pinggiran memberikan bantuan keuangan bagi pasangan yang memiliki anak. Namun, segala upaya tersebut belum cukup untuk menaikkan jumlah penduduk di Negeri Sakura.