Indotnesia - Jogja mendadak menjadi trending topic di Twitter pada Kamis (1/12/2022). Warganet memuji kehidupan santai di Yogyakarta, yang jauh berbeda dengan Jakarta.
Di sisi lain, cuitan seorang netizen menyebut apabila tinggal di Jogja selama 10 tahun sebagai pengangguran, seseorang itu tidak sadar jika tidak melakukan apapun untuk hidup.
"Di Jogja, kamu bisa hidup walau pengangguran sampai 10 tahun kemudian baru sadar kalo kamu gak ngapa-ngapain ke hidupmu sendiri dan menyebutnya nrimo ing pandum sebagai tameng sakti," tulis akun @ogiklo.
Kota yang nyaman membuat perkembangan sumber daya manusia disebut stabil-stabil saja. Akun itu menyebut tinggal di Jogja dalam kondisi menganggur bukanlah hal sulit karena selalu mendapat bantuan logistik dan dukungan mental.
Baca Juga:Tawaran Gaji Fantastis, Cristiano Ronaldo Dikabarkan Bakal Gabung Klub Arab Saudi
Jika mengkritik Jogja pun, ujung-ujungnya akan terlontar pernyataan "silakan keluar" atau "KTP ngendi bos?" atau "KTP mana bos"?.
"Jangan salahkan siapapun kalau Jogja terasa gitu-gitu aja," lanjutnya.
Menyinggung soal nrimo ing pandum, falsafah ini pernah dibahas dalam Jurnal Pancasila berjudul Nrimo Ing Pandum dan Etos Kerja Orang Jawa: Tinjauan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa oleh Silvia Maudy Rakhmawati dari Universitas Gadjah Mada. Dia menilai terdapat miskonsepsi dalam memaknai istilah tersebut.
Dalam Bahasa Jawa, nrimo berarti menerima. Sementara pandum artinya pemberian. Secara harfiah, nrimo ing pandum adalah menerima segala bentuk pemberian atau ikhlas.
Selama ini, nrimo ing pandum kerap dimaknai sebagai sikap menerima segala sesuatu yang diajarkan dan dianggap menjadi faktor penyebab pudarnya motivasi untuk bekerja serta mematikan produktivitas.
Baca Juga:7 Lagu Tentang Desember yang Cocok Jadi Playlist Bulan Ini
Padahal jika ditelisik lebih jauh, Silvia menyebutkan istilah nrimo ing pandum yang terdapat dalam wejangan pada dasarnya diikuti oleh kalimat makaryo ing nyoto, yang berarti bekerja secara nyata.
Dengan demikian, sebelum nrimo ing pandum diterapkan, kita harus ada usaha yang dilakukan terlebih dahulu. Sikap berserah diri mengikuti setelahnya.
Mengutip buku A Iswandi berjudul Tinjauan Kesehatan Mental Psikoanalisis Terhadap Sikap Nrimo dalam Novel Nenek Hebat dari Saga Karya Yoshichi Shimada, sikap nrimo bukan merupakan sikap yang pasif dengan menerima apa adanya, melainkan sebuah sikap untuk bertahan hidup dengan menerima dan menyadari kondisi diri.
Silvia menyimpulkan, nrimo merupakan jalan terakhir dari sebuah kerja keras. Setelah segala bentuk usaha dikerahkan, nrimo ng pandum dapat dilaksanakan.
Kaitannya dengan etos kerja masyarakat Jawa, nrimo ing pandum menjadi upaya paripurna yang bisa dilakukan manusia sebagai ciptaan Tuhan.