Indotnesia - Jalur kendaraan roda dua di Jembatan Suramadu bakal ditutup selama setahun karena adanya pemasangan saluran kabel tegangan tinggi untuk pasokan listrik oleh PT PLN ke Pulau Madura yang dimulai pada Kamis (14/7/2022).
Jalur roda dua atau R2 ditutup secara bergantian dan dialihkan ke jalur darurat atau roda empat (R4) dengan skema lalu lintas berupa pemakaian 380 pembatas atau barier untuk memisahkan lajur kendaraan roda dua dan roda empat arah Surabaya - Madura.
Jembatan Suramadu menjadi salah satu infrastruktur yang penting bagi mobilitas masyarakat, terutama bagi kendaraan jalur darat karena bisa lebih cepat.
Termasuk jembatan terpanjang di Indonesia, Jembatan Suramadu memiliki sejarah panjang sekaligus fakta menarik hingga membuatnya jadi ikon kebanggaan warga Surabaya dan Madura.
Baca Juga:Deretan Kontroversi Presiden Sri Lanka, dari Dinasti Politik hingga Kebijakan Kontroversial
Sejarah Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu merupakan jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa di Surabaya dan Pulau Madura di timur Kamal.
Pembangunannya dimulai saat era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan dibuka untuk umum sekaligus diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009.
Memiliki panjang sekitar 5.000 meter, jembatan ini terdiri dari tiga bagian yaitu jembatan utama (main bridge), jembatan penghubung (approach bridge), dan jalan layang (causeway).
Selain itu, jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah dengan lebar 3,5 meter dan dua lajur darurat selebar 2,75 meter serta lajur khusus pengendara sepeda motor di setiap sisi luar jembatan.
Selama hampir 7 tahun proses pembangunan, Jembatan Suramadu diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp4,5 triliun.
Fakta Menarik Jembatan Suramadu
Selain keunikannya sebagai jembatan terpanjang di Indonesia, fakta menarik dari jembatan Suramadu adalah perencanaan pembangunan yang telah terjadi sejak tahun 1986 dan diseriusi oleh BJ Habibie sebagai Menteri Riset dan Teknologi.
Sayangnya, pembangunan tersebut mangkrak pada 1997 lantaran adanya krisis moneter yang melanda Tanah Air hingga 2001. Pemerintah Provinsi Jawa Timur akhirnya meneruskan pembangunan jembatan dan disetujui pemerintah pusat berdasarkan Keppres No.79 Tahun 2003.
Tak hanya perencanaan yang pada dasarnya telah direncanakan sejak tahun 1980-an, jembatan ini diprediksi dapat kuat bertahan hingga 100 tahun.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Pekerjaan Umum, Jembatan Suramadu dirancang oleh para ahli konstruksi dan didukung dengan pemakaian Sistem Pemantauan Ketahanan Struktur Jembatan (Structural Health Monitoring System/SHMS) yang memberikan data-data akurat tentang struktur jembatan.
Di samping pemeliharaan, sistem SHMS juga memuat informasi terkait kepadatan lalu lintas, gempa, tiupan angin, dan curah hujan di jembatan serta dapat mendeteksi lebih awal penurunan kemampuan dan kerusakan.
Secara waktu tempuh, Jembatan Suramadu menguntungkan masyarakat karena dapat mempersingkat perjalanan dari Surabaya-Madura atau sebaliknya yang semula harus menyebrang selama 30 menit, menjadi lebih cepat sekitar 10 menit.